Sumber: Silaban.net – Selasa, 10 Juli 2007
Kategori: Bona Pasogit Kini, Kegiatan, Wisata || Kontributor: Charly Silaban
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan, Pesta Bolon Sedunia yang digelar secara besar-besaran selama sepekan di Desa Siopat Sosor Parbaba, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, harus dijadikan sarana memajukan pembangunan di Kabupaten Samosir, khususnya pembangunan kepariwisataan yang potensinya sangat besar di Samosir.
Menbudpar mengatakan itu beberapa saat seusai dianugerahi marga Simbolon oleh Ketua Umum Marga Simbolon, Effendi Muara Sakti Simbolon, Selasa (3/7) lalu, di Pangururan, Samosir, Sumut. Jero Wacik mengunjungi Pesta Bolon Sedunia itu menggunakan pesawat Helikopter dari Bandar Udara Polonia, Medan. Setelah itu, sehabis makan malam di Tomok, menggunakan angkutan darat dan feri dari Samosir menyeberangi Danau Toba ke Parapat, dan tiba di Medan pada Rabu dini hari. Beberapa saat kemudian Menbudpar terbang ke Jakarta.
Pesta Bolon itu sendiri dibuka secara resmi sehari sebelumnya, 2 Juli 2007, oleh Menteri Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Purnomo Yusgiantoro. Menteri ESDM, seperti halnya Menbudpar Jero Wacik, juga dinobatkan sebagai tokoh baru bermarga Simbolon.
Ikut menyaksikan jalannya upacara adat pemberian marga Simbolon kepada Purnomo Yusgiantoro sejumlah pejabat teras di Sumut, antara lain Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan, Gubernur Sumatera Utara Drs Rudolf Pardede, anggota DPR-RI Panda Nababan, Kapoldasu Sumut Irjen Pol Nuruddin Usman, serta Dan Lanud Medan.
Masih ada satu menteri lagi yang pada Pesta Bolon itu dinobatkan sebagai tokoh baru Simbolon. Menteri dimaksud adalah Erman Suparno, Menteri Tenaga Kerja.
Ketika ditanya apa arti Simbolon yang diberikan warga masyarakat bermarga Simbolon di Samosir, Menteri Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa dirinya harus ikut memperhatikan pertumbuhan pembangunan di Samosir. Pengakuan serupa juga diungkapkan Erman Suparno.
Sesaat setelah dianugerahi marga Simbolon, Mennaker meresmikan pembangunan Balai Latihan Kerja Samosir. “Potensi pembangunan di Samosir besar sekali, terutama sektor kepariwisataan. Tetapi, berbagai keterbatasan telah menyebabkan laju pertumbuhan pembangunan di Samosir jadi lamban. Karena itu, saya senang diberi marga Simbolon agar saya ikut punya andil memajukan Samosir,” ujar Menteri ESDM itu. “Kehadiran Balai Latihan Kerja yang saya resmikan, sasaran utamanya adalah membantu daerah Samosir keluar dari keterbelakangannya. Saya yakin, jika Samosir memiliki SDM siap pakai dalam jumlah cukup, maka keinginan masyarakat melihat Kabupaten Samosir maju hanyalah soal waktu saja,” ujar Erman Suparno.
Pesta Bolon itu, menurut Bupati Samosir, Ir Mangindar Simbolon, merupakan program Maduma dan Martabe, sehingga diharapkan menjadi alat pemersatu, khususnya bagi marga Simbolon. Juga diharapkan, pemberian marga kepada sejumlah pejabat setingkat menteri akan berdampak ke arah perubahan pembangunan di Samosir.
Upacara adat tersebut mendapat respons luar biasa dari masyarakat setempat. Terbukti sedikitnya 5.000-an warga Samosir tumplek menyaksikan jalannya acara yang digelar, termasuk menyimak atraksi terjun payung yang dilakukan para penerjun pilihan dari TNI-AU. Gubernur Sumatera Utara pada kesempatan itu mengharapkan, marga lain juga dapat menggelar acara serupa yang sifatnya mendorong percepatan pembangunan di Samosir.
Di Kabupaten Samosir saat ini terdapat sekitar 72 marga masyarakat Batak, di antaranya marga Sidabutar, Sitanggang, Naibaho, dan Nadeak.
“Potensi wisata Samosir, contohnya, kalau diolah secara profesional, bisa membuat daerah ini lekas berkembang, apalagi daerah ini dikelilingi Danau Toba yang menarik sekali,” ujar Gubernur Sumut.
Menbudpar juga berkeyakinan sama. Kepada Suara Karya, pria kelahiran Singaraja, Bali, tahun 1949 ini berjanji membantu percepatan pembangunan kepariwisataan Samosir. “Minimal bantuan pemikiran mengenai penanganan wisata bisa saya berikan,” ujarnya. Bantuan alat kesenian seperti gondang juga akan diprioritaskan.
Jero Wacik menilai alam Samosir yang dikitari perairan Danau Toba, tarian khas masyarakat Tor-tor Mangalahat Horbo yang hidup di kalangan warga Simbolon, dan makam-makam leluhur serta tetua adat yang dibangun dalam arsitek khas Samosir memberikan daya tarik tersendiri.
“Feri-feri yang tiap pergantian jam mengangkut wisatawan dari dan ke Samosir-Tomok-Parapat juga harus diperbagus tampilannya. Musik khas Batak harus mendominasi hiburan di lokasi wisata. Selain itu, ragam suvenir juga harus disiapkan seunik mungkin supaya wisatawan betah berlama-lama di Samosir,” ujar Jero Wacik. Ia menambahkan, dalam rangka mempercepat pembangunan di sekitar Samosir, Menbudpar juga akan menanyakan kepada menteri terkait di Jakarta tentang rencana mewujudkan pembangunan Jalan Tol Deli Serdang-Simalungun dan lapangan terbang di sekitar Simalungun.
Dua bangunan itu dinilai strategis dan mendesak karena bisa memperpendek jarak tempuh wisatawan yang akan menikmati objek wisata di Parapat, Samosir, dan Tomok. Selama ini, warga kota Medan yang ingin melancong ke Parapat-Samosir-Tomok, misalnya, harus menggunakan jalan darat 4 hingga 5 jam jika menggunakan angkutan umum, kemudian menggunakan feri lagi selama 1 jam dari Pelabuhan Feri Parapat ke Samosir.
Sumber : (Ami Herman) Suara Karya Online
Senin, 25 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar