Sumber: Pelita.or.id – 8 Juli 2007
Oleh Jaka S Suryo
Warga Sumatera Utara, selama sepekan ini, disuguhi sebuah pesta akbar alias Pesta Bolon yang diadakan di Pulau Samosir, Danau Toba.
Sejak Sabtu (30/6), ratusan kendaraan bermotor, mulai truk hingga sepeda motor, beriringan menuju Danau Toba, tempat pesta akbar itu dilaksanakan.
Yang menggelar hajat itu memang Marga Simbolon dan pelaksanaannya pun di desa atau huta Bolon, tapi menurut penggagasnya, pesta itu diharapkan memiliki dampak yang jauh lebih luas melewati batas desa itu.
Ini rasa syukur keluarga besar Simbolon, soalnya pesta bagi orang Batak tidak lain adalah syukuran, kata Ketua Umum Pengurus Pusat Punguan Simbolon Dohot Boruna se-Indonesia Effendi MS Simbolon, sang penggagas itu.
Menurut dia, pesta akbar yang pertama kali digelar di Danau Toba itu diharapkan menjadi oase di tengah gersangnya kegiatan di kawasan pariwisata itu.
Penyelenggara menjadikan Pesta Bolon yang digelar selama sepekan itu ajang yang bisa dinikmati banyak orang, termasuk wisatawan yang datang dari mana saja. Maka dalam seminggu sejak acara itu dibuka, digelarlah berbagai kesenian berbudaya Batak, juga sejumlah kegiatan olahraga. Kita harapkan kegiatan ini memberi kontribusi bagi daerah yang memang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah wisata, kata Effendi.
Perkataan Effendi itu secara langsung menunjuk pada potensi Danau Toba dan Pulau Samosirnya. Selama ini kawasan itu memang dikenal sebagai tujuan wisata, walaupun belum didukung infrastruktur memadai. Bagaimana turis atau investor mau datang ke sini kalau infrastrukturnya tak disediakan pemerintah. Terutama bandara sebagai pintu masuknya, katanya.
Saat ini, wisatawan yang akan berkunjung ke Danau Toba dan Samosir harus rela melakukan perjalanan darat selama tujuh hingga delapan jam dari Medan. Itulah sebabnya, Effendi Simbolon, sebagai salah seorang putra daerah, mendesak pemerintah pusat membangun bandar udara di Pulau Samosir. Menurut dia, jika memang pemerintah ingin mengenjot devisa negara melalui sektor pariwisata Danau Toba, pembangunan bandara di Pulau Samosir harus menjadi prioritas.
Kita tidak mengada-ada, potensi keindahan alam di sini sudah ada dan bagus. Danau Toba merupakan danau air tawar terbesar di dunia yang berada pada ketinggian 1.000 meter di atas laut, kata Effendi.
Pemerintah pusat, katanya, bisa mengenjot pendapatan devisa negara melalui sektor pariwisata ini dengan syarat benar-benar serius dan fokus dalam pembenahan infrastruktur.
Menurut Bupati Samosir Mangindar Simbolon, wilayah Kabupaten Toba Samosir memiliki luas daratan yakni seluas 70.000 hektare di Pulau Samosir dan 75.000 hektare di Pulau Sumatera. Sedangkan luas Danau Toba 110.000 hektare. Penduduk Toba Samosir sesuai hasil sensus 2006 sebanyak 131.000 jiwa.
Pesta Bolon ini pertama kali dilaksanakan yang diselenggarakan oleh keluarga besar Marga Simbolon, kata Bupati Toba Samosir Mangindar Simbolon. Untuk itu, bupati mengharapkan di masa mendatang kelompok marga-marga yang lain bisa membuat acara seperti ini. Marga Simbolon saat ini sudah mencapai 23 generasi dengan 68.000 kepala keluarga yang tersebar di seluruh dunia.
Pesta Bolon memang tak ubahnya sebuah reuni akbar Marga Simbolon. Tak salah jika seorang warga Samosir dari keluarga Sihaloho dengan berkelakar mengatakan Pesta Simbolon itu kan pestanya Simbolon.
Pesta Bolon yang dipusatkan di Huta Bolon, Parbaba, Samosir, diselenggarakan Marga Simbolon, yang merupakan salah satu marga yang berasal dari Pulau Samosir. Dengan misi Pomparan Simbolon towards our future pesta ini diharapkan mampu memberikan peluang bagi masyarakat Samosir untuk menyajikan potensi daerahnya guna menunjang pembangunan daerah.
Pesta dikemas dengan beragam kegiatan, seperti berbagai atraksi seni, budaya, serta olahraga yang bersifat tradisional, nasional dan internasional.
Acara pembukaan dimulai dengan Pencanangan Peduli Pembangunan Bona Pasogit. Dilanjutkan dengan atraksi tari-tarian dan pencak silat Batak, aerosport, parade mobil hias serta Gondang Symphony. Puncak acara pembukaan dimeriahkan dengan atraksi terjun payung. Juga sajian lagu-lagu Batak yang dimeriahkan artis Febi Febiola dan Sandro Tobing.
Pada hari kedua, 2 Juli 2007, dilaksanakan ritual suku Batak Sulang Bao, Galang Paniaran serta hiburan tradisional Batak.
Pada hari ketiga kembali dilakukan acara adat berupa Mangkariri Horbo, Gondang Suhut, serta pelantikan pengurus Pusat Punguan Simbolon Dohot Boruna se Indonesia.
Hari-hari berikutnya hingga 7 Juli 2007 dilaksanakan berbagai festival seni budaya serta olahraga tradisional seperti Solu Bolon, Solu Parsadaan, olahraga jet ski, voli pantai, Samosir 10 K, terjun payung, dan diakhiri dengan atraksi kembang api.
Ajang reuni keluarga yang dipadukan dengan kegiatan seni budaya serta olahraga ini untuk pertama kalinya mampu mempertemukan keluarga besar Simbolon dari seluruh penjuru dunia. Kita senang, ini pertama kalinya Marga Simbolon berkumpul bersama setelah 23 generasi, kata Kickdown Simbolon yang bersama keluarga datang dari Sidempuan, Tapanuli Selatan. Menurut Kickdown, ia bersama keluarga besar Simbolon asal Sidempuan, Tapanuli Selatan rela berkendara semalam suntuk. Setidaknya empat mobil, dua truk dan enam sepeda motor ikut dalam konvoi Simbolon Sidempuan ini.
Ajang yang dipersiapkan selama satu tahun tersebut diperhitungkan secara rinci. Puluhan tenda pleton disiapkan untuk penginapan para peserta asal luar kota.
Namun, seperti tak ada gading yang tak retak, kemeriahan, kemegahan, dan antusias peserta seakan direcoki satu hal yang sepele namun pokok, yakni langkanya air bersih.
Semua sih sudah tertata komplit, tenda penginapan, makan, hanya soal mandi ini yang nggak ada. Kalau gini, bisa-bisa kami pulang nanti. Sepertinya acara pesta tujuh hari bisa gagal gara-gara air bersih ini, kata Kickdown Simbolon. (ant)
Senin, 25 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar